News – Hakim Dwi Saputra – detikBali
Rabu, 04 Sep 2024 10:28 WIB

Peletakan batu pertama atau groundbreaking proyek LRT Bali di Sentral Parkir Kuta, Bali, Rabu (4/9/2024). (Foto: Agus Eka/detikBali)

Badung – Upacara Ngeruak menandai dimulainya proyek LRT atau Bali Urban Subway. PT Sarana Bali Dwipa Jaya (SBDJ) bersama PT Bumi Indah Prima (BIP) menggelar upacara tersebut di Sentral Parkir Kuta, Rabu (4/9/2024).
“Upacara Ngeruak ini kemudian disertai dengan membersihkan pekarangan, lalu mengukur lahan,” ujar Direktur Utama PT SBDJ dalam keterangan tertulis yang diterima detikBali.

Peletakan batu pertama dalam upacara tersebut dilakukan oleh Penjabat (Pj) Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya, diiringi doa yang dipimpin oleh Ida Ratu Peranda Geriya Gulingan

Ari membeberkan proyek Bali Urban Subway ini terwujud atas inisiasi Pemprov Bali yang kemudian ditindaklanjuti oleh PT SBDJ berkolaborasi dengan PT BIP untuk membangun sarana angkutan umum massal berbasis kereta di Pulau Bali. Dalam pelaksanaannya, PT SBDJ telah menetapkan PT Indotek sebagai kontraktor utama bersama China Railway Construction Corporation (CRCC). Perusahaan tersebut akan bekerja sama dengan kontraktor lokal PT Sinar Bali Bina Karya (Sinar Bali).

Menurut Ari, Indotek mempunyai kemampuan teknis yang mumpuni untuk mengerjakan proyek sebesar MRT Bali.

“Sedangkan CRCC kami pilih karena memang mempunyai reputasi sebagai kontraktor transportasi kereta global yang memiliki pengalaman membangun 200 ribu kilometer (km) di lebih 100 negara. Sedangkan PT Sinar Bali Bina Karya adalah kontraktor lokal Bali penyedia ready mix dan precast terbaik di Bali sejak 1995,” beber Ari.

“Pemilihan PT Sinar Bali sebagai kontraktor lokal juga merupakan realisasi komitmen Konsorsium PT SBDJ dan PT BIP untuk memberdayakan dan mengembangkan sumber daya manusia asli Bali,” sambungnya.

Bali Urban Subway akan dibangun dalam empat fase. Yakni, fase satu yang meliputi Bandara I Gusti Ngurah Rai-Kuta Sentral Parkir-Seminyak-Berawa-Cemagi dengan panjang 16 kilometer. Kemudian, fase dua, Bandara I Gusti Ngurah Rai-Jimbaran-Unud-Nusa Dua sepanjang 13,5 km.

Fase tiga meliputi Sentral Parkir Kuta-Sesetan-Renon-Sanur. Selanjutnya, fase empat meliputi Renon- Sukawati-Ubud. Namun, fase ketiga dan keempat masih tahap feasibility study (FS) atau uji kelayakan. Total, nilai investasi untuk kedua fase pertama mencapai USD 10.8 miliar dan untuk keseluruhan empat fase adalah US$ 20 miliar.

Pembangunan fase Bandara Ngurah Rai ke Kuta Sentral Parkir ditambah keseluruhan fase 2 ditargetkan dapat selesai pada akhir kuartal kedua pada 2028.

“Diharapkan keseluruhan fase 1 dan fase 2 akan beroperasi penuh pada akhir 2031,” ujar Ari.

Ari menjelaskan pengerjaan fase 1 diperkirakan akan lebih lambat dikarenakan kondisi bawah tanah yang berbatu dan keras. Berbeda dengan fase 2 yang bisa lebih cepat karena kondisi tanah kapur atau aluvial yang lebih memudahkan saat proses pengeboran.

“Guna menjaga momentum harapan masyarakat Bali yang tinggi terhadap solusi kemacetan yang parah dan sudah di atas toleransi, kami akan mendatangkan 10 Tunnel Boring Machine (TBM) untuk proyek ini yang sepenuhnya dibiayai oleh PT BIP sebagai partner investor,” terang Ari.

Dia juga menegaskan proyek MRT Bali mengedepankan konsep pembangunan berkelanjutan yang sejalan dengan nilai-nilai Tri Hita Karana, yaitu menjaga keseimbangan hubungan dengan Sang Pencipta, sesama manusia, dan alam. Dalam mewujudkan komitmen ini, Bali Urban Subway akan menggunakan konstruksi infrastruktur bawah tanah yang dinilai paling sesuai dengan kondisi geografis dan budaya Bali, serta menjaga keasrian lingkungan.

Sehubungan dengan kekhawatiran masyarakat mengenai potensi gangguan pada sumur pipa bor air tanah akibat pelaksanaan proyek ini, khususnya pada ruang bawah tanah, Managing Director PT SBDJ Pasek Senjaya menegaskan akan bekerja sama dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Kapasitas sistem penyediaan air minum kepada rumah-rumah di sekitar jalur pembangunan Bali Urban Subway ini akan ditingkatkan. Selain itu, dilakukan perluasan jaringan pipa primer serta sekunder secara bersamaan dengan pembangunan terowongan.

“Langkah ini akan memastikan masyarakat tetap mendapatkan akses air bersih, membantu mencegah penurunan muka air tanah, dan pencemaran. Upaya ini juga akan mencegah potensi kebocoran distribusi pipa air bersih sehingga distribusi menjadi lebih efisien dan optimal,” tandas Pasek.

0 Komentar